Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.

Check No HP

Technology

[4] [Tech] [one] [Technology]
[6] [Tech] [slider-top-big] [Technology]
[4] [Tech] [slider-top] [Technology]
You are here: Home / Batik Muhamammadiyah

Batik Muhamammadiyah

| No comment
Harga bahannya cukup murah, ongkos jahitnya tergantung nego, namun disainya ada baiknya mulai dipikirkan, kalau perlu diseragamkan.

Karena sebagian besar sekolah hanya 2 jam pelajaran agama per pekan, salah satu dampaknya adalah timbulkan budaya amplop,  mau gak mau harus memanggil ahlinya untuk sekedar doa-doa sederhana. Imam masjid sudah lama bergaji untuk sholat yang menjadi kewajibannya, khatib jumat mau gak mau (lebih banyak maunya) terima amplop. Kultum acara Aqiqah, Khitanan atau Walimatul Nikah, ya harus menyediakan amplop, udah budaya karena mau mengisi sendiri gak mampu, gak ada bekal, seumur-umur cuma 2 jam, apalagi kalo kuliah, agama cuma 1 semester 2 sks, setelah itu 4-5 tahun tanpa pengetahuan agama secara formal. Mengurus Jenazah sampai mensholatkan almarhum pun sudah budaya ber amplop.

Untuk mengantisipasinya, bagaimana kalau disain batik muhammadiyah tidak berkantong, karena amplop biasanya langsung dimasukkan kekantong, takutnya kalau lewat salam tempel ustadnya menolak itu alasan yang punya gawe. Langkah kecil untuk Mubaligh Muhammadiyah agar dapat membasmi budaya amplop. Kalau perlu kantong depan celana, khusus untuk berangkat ceramah ditiadakan, karena kantong belakang tempat menyimpan identitas gak mungkin dihilangkan. Jadi tidak ada celah untuk memberikan amplop langsung dimasukkan ke kantong bagi Mubaligh Muhammadiyah.

'Sttt jangan menyediakan ampop', kata tuan rumah, 'Kenapa?' tanya yang lain. Karena Ustadnya memakai batik Muhammadiyah..................
Alangkah indahnya kalau sudah terkenal seperti itu.